Industrialisasi di NTB Dalam Perspektif ‘Hari Inovasi Indonesia’

Tanggal 1 November dikenal sebagai Hari Inovasi Indonesia. Sebuah momentum atas upaya dalam menghadirkan budaya inovatif, produk inovatif, dan berbagai layanan inovatif lainnya yang bersifat berkelanjutan. Inovasi menjadi penting karena melahirkan beragam perubahan baik di lingkungan industry, institusi, perusahaan ataupun kehidupan sosial masyarakat. Mereka yang inovatif akan menjadi trendsetter (orang terdepan dalam menerapkan suatu tren yang baru muncul) sehingga menjadi bagian dari konsumsi khalayak ramai (https://www.tagar.id/, 29/10/2021).

Inovasi tidak dapat dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan menjadi dasar dari perkembangan Inovasi. Sebagai ilmu pengetahuan, inovasi mengandung unsur-unsur penting yang menjadi bagian di dalamnya. Unsur-unsur tersebut tergambarkan dalam pengertian inovasi sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2020 yang menyebutkan “Inovasi sebagai kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang dilakukan dengan tujuan melakukan pengembangan penerapan praktis, nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau pun cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah ada ke dalam produk atau pun proses produksinya”. Definisi tersebut mengandung unsur-unsur inovasi, diantaranya ada hal baru, mempunyai ciri khas, terencana, dan memiliki tujuan yang jelas.

Beberapa poin yang menjadi pendorong dan pemicu “trigger” munculnya inovasi diantararnya: (1) kemunculan teknologi, (2) tantangan dari pesaing, dan (3) perubahan di lingkungan eksternal. Tiga pemicu tersebut memunculkan berbagai pikiran kreatif dan inovatif yang menjadi ‘jalan pikiran’ untuk berubah dari sesuatu yang dianggap biasa ke hal yang tidak biasa. Pada konteks yang lebih luas, perubahan sistem ekonomi menunjukkan bahwa industrialisasi sebagai proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produk, dan perdagangan antarnegara, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat – perubahan struktur ekonomi yang awalnya hanya berbasis pertanian berubah menjadi basis industri. Di sinilah, inovasi menjadi pondasi utama industrialisasi.

Pada konteks industrialisasi, inovasi menjadi tonggak dalam penerapannya. Dengan kata lain, “inovasi adalah kunci dari industrialisasi”. Sebagai sebuah pemikiran baru dan maju “brilian”, inovasi akan memanfaatkan berbagai macam teknologi baru, tentunya yang sesuai dengan jenis dan “apa” yang akan diinovasikan. Teknologi informasi menjadi menu utama yang tak terpisahkan dalam prosesnya. Hal ini dapat kita lihat dari realisasi beragam produk, jasa, sistem sosial, budaya, ekosistem, proses organisasi, pengaturan kelembagaan, dan ragam lainnya sesuai dengan kategori. Selain itu, pendorong inovasi selain teknologi dapat berupa ‘dinamika perubahan’ pasar, desain, dan pengguna yang menjadi objek inovasi itu sendiri (Wahyudi, 2019).

Di Nusa Tenggara Barat (NTB) misalnya, program industrialisasi sebagai “hal baru” yang dicanangkan kepemimpinan ‘Zul-Rohmi’ sapaan akrab kepemimpinan Dr. Zulkieflimasnyah, M.Sc. dan Dr. Rohmi Djalilah, M.Pd., memberikan berbagai “pandangan baru” dan pembelajaran jangka Panjang. Dalam industrialisasi, dibutuhkan perencanaan yang matang, siklus yang panjang dan waktu yang lebih lama – yang wujud implementasinya dalam berbagai bidang, baik dalam tataran birokrasi maupun dalam ‘mengangkat’ produk-produk lokal yang selama ini tidak terlihat. Sebagai persepktif baru, industrialisasi akan mengangkat kehidupan ekonomi dan daya beli masyarakat dalam berbagai bidang, tentunya dengan berusaha menginovasikan berbagai potensi yang ada – ‘yang selama ini belum tergarap’.

Industrialisasi menjadi langkah strategis provinsi NTB dalam mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat, di mana provinsi yang dikenal dengan sebutan “bumi gora” ini sebagai penghasil berbagai jenis bahan baku yang selama ini proses produksinya dilakukan di luar daerah. Tentu saja ini hanya akan mendatangkan keuntungan dan menujang kemajuan daerah tempat bahan baku diproduksi dan NTB hanya menjadi objek pengiriman semata.

Untuk mendukung ide tersebut, kehadiran Science Teknologi and Industrial Park (STIPark) menjadi penting sebagai bagian dari terwujudnya ide dan gagasan tentang industrialisasi. Dalam STIPark berbagai wahana bagi pebisnis, yang kekurangan modal dan tidak mampu membeli fasilitas disediakan, tentu untuk mempermudah masyarakat menjadi pengusaha handal di masa mendatang (Dinas Perindustrian Provinsi Ntb, 27/07/2020).

“Industrialisasi selalu berkaitan dengan teknologi”. Demikian yang sering dilontarkan gubernur NTB, bang Zul sapaan akrabnya. Kehadiran teknologi membuat kerja manusia menjadi efektif dan efisien. Industrialisasi tidak cenderung berkaitan dengan pabrik-pabrik besar dan teknologi canggih serta mahal dengan besutan SDM yang handal. Dalam bahasa sederhananya, konsep industrialisasi yang sedang digalakkan NTB adalah bagaimana menghadirkan teknologi yang bisa digunakan oleh para pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) untuk mengolah berbagai komoditas sumber daya yang ada di daerah, pedesaan dan pelosok terkecil supaya memiliki nilai tambah.

Berbagai wujud dari industrialisasi, semakian hari semakin terlihat nyata, misalnya hadirnya mobil sampah listrik, pembangkit tenaga listrik berbahan sampah, sepeda motor listrik, produksi Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis, dan beberapa inovasi industri lainnya. Dari segi produksi pangan, juga kita jumpai industrialiasi pengolahan daun kelor yang dirubah menjadi teh kelor, kopi kelor, sabun kelor, dan pasta gigi kelor. Jagung mentah, digubah menjadi olahan jus jagung, kalengan, pelengkap makanan dan yang paling utama menjadi pakan ternak. Contoh lainnya, buah tomat dengan indutrialisasi menjadi sambal tomat, saus dengan kalengan dan seterusnya. Demikian juga dengan ikan yang diolah menjadi ikan kering, menjadi abon dan ragam bahan baku lainnya, yang bahannya ada di tengah masyarakat. Semua proses tersebut adalah kolaborasi dari berbagai pihak, khusus dunia industri, perusahaan dan swasta sebagai faktor utama. Dalam hal ini, pemerintah menjadi fasilitator agar semuanya bisa terwujud mulai dari pemberian intensif, mengadakan pelatihan dan tentunya membuat regulasi yang membuat semuanya berlangsung dengan nyaman hingga menjadi habit “kebiasan yang baik” bagi semua kalangan (bangzul.zulkieflimansyah/, 24/01/2021).

Tentang arah industrialisasi yang di kumandangkan oleh Zul-Rohomi, tulisan Astar Hadi (2020) dengan judul “Arah Industrialisasi NTB Gemilang” menjadi bacaan dan catatan penting bagi segenap dapur pemerintah “kepala dinas dan pejabat turunannya” untuk melihat arah program industrialisasi yang diprogram “sang nahkoda”. Beliau memberikan catatan dan ulasan atas “pandangan baru” atas inovasi dalam industrialisasi di kepemimpinan Zul-Rohmi. Salah satunya adalah regenerasi SDM yang siap pakai di masa mendatang yang telah diwujudkan dalam program 1000 beasiswa ke luar negeri. Dalam konteks kebijakan, “industrialisasi bukan hanya menyangkut fase sejarah dari masa menanam (agraria) menuju tahapan modernisasi, melainkan kolaborasi di mana proses pengelohan produksi pertanian, kerajinan tangan (handycraft), produksi barang dan jasa yang sebelumnya dilakukan dengan teknik-teknik manual menjadi proses digitalisasi dengan pemanfaatan teknologi yang ada. Pada bagian ini, narasi tentang industrialisasi menjadi penting dipahami. Pentingnya keterlibatan masyarakat dalam banyak hal menjadi poin utama, sembari menghadirkan birokasi yang efektif dengan kemudahan perizinan dan tetap memperhatikan iklim lokal yang tentunya berpihak kepada rakyat (https://www.sinergintb.com, 30/10/2021).

Proses industrialisasi sebagai proses panjang harus ‘dikumandang’ sejak awal. Di dalamnya ada nilai pembelajaran. Industrialiasi akan mengubah banyak hal dalam kehidupan masyarakat, secara khusus meningkatkan produksi dan meningkatkan nilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat ke depannya. Gubernur NTB mengungkap dengan adanya industrialisasi, proses pengolahan produk seperti pertanian, peternakan, perikanan dan kerajinan tidak lagi berhenti hanya sebagai barang mentah. Lebih jauh, ia harus melalui proses industri sehingga menjadi bahan jadi dengan berbagai jenis produk yang siap dipasarkan. “Dua tahun ke depan, kita tidak lagi jual jagung atau gabah ke luar daerah, tapi akan punya pabrik penggilingan padi di sini, begitu juga rumput laut”. Demikian ulasan dari tulisan Astar Hadi mengutip apa yang disampaikan Dr. Zulkieflimansyah dalam sesi Kuliah Umum dan Diskusi Penyusunan Roadmap Industrialisasi NTB.

Capain-capaian industrialisasi yang telah dihasilkan provinsi NTB harus terus dievaluasi secara berkelanjutan, dan tentunya keterlibatan masyarakat menjadi penting sebagai bagian dari subjek dan pengawasan. Di sisi lain, inovasi dalam industrialisasi juga harus tetap melihat “lokalitas” sebagai karakteristik daerah. Pada akhirnya, peringatan “Hari Inovasi Indonesia” menjadi semangat bersama untuk terus belajar memulai hal-hal baru untuk kemajuan dan perubahan yang lebih baik di masa mendatang.

Tulisan ini telat terbit di media online Wartarinjani.net (1/10/2021) https://wartarinjani.net/2021/11/01/industrialisasi-di-ntb-dalam-perspektif-hari-inovasi-indonesia/

Komentar ditutup.

Buat Blog di WordPress.com.

Atas ↑